Jalan menuju dunia entrepreneur sering
kali berliku. Perjalanan setiap entrepreneur juga berbeda-beda. Ada pasang
surut. Besarnya pengorbanan juga tidak terkira, Namun demikian, itulah yang
membuatnya patut disimak. Seperti apa yang dialami oleh entrepreneur muda Ade Satria Kurniawan.
Ketertarikan pada bisnis yang bersifat jasa mengantar Ade menuju bidang bisnis tour, event organizer dan laundry. Ade yang dari sejak kuliah mulai tertarik kembali dengan dunia entrepreneurship karena setelah beberapa tahun di masa SMP dan SMA merasa cita-cita awal ingin menjadi pengusaha mulai pudar.
Ketertarikan pada bisnis yang bersifat jasa mengantar Ade menuju bidang bisnis tour, event organizer dan laundry. Ade yang dari sejak kuliah mulai tertarik kembali dengan dunia entrepreneurship karena setelah beberapa tahun di masa SMP dan SMA merasa cita-cita awal ingin menjadi pengusaha mulai pudar.
Kondisi itu berubah ketika awal kuliah.
Ia mulai rajin mengikuti seminar yang berbau entrepreneurship. “Saya ikuti
berbagai macam seminar, membaca buku biografi maupun buku entrepreneurship
dengan rajin bahkan saya sempat bergabung dengan komunitas entrepreneurship
yang ada di kampus,” tuturnya pada Ciputra
entrepreneurship.com, Kamis (21/2).
Berawal dari kegiatan ini, Ade mulai memberanikan diri
untuk menjalani bisnis sendiri. Meskipun awalnya ia merasa bingung bagaimana memulai
sebuah bisnis. Dalam komunitas entrepreneurship di kampus, ia bertemu salah
seorang mentor yang memproduksi sandal lucu-lucu yang berbentuk semangka, karakter
kartun Spongebob, dan lain lain.
Kemudian ia berbincang dan bernegosiasi dengan mentor
tersebut. “Dapatlah saya memasarkan produknya dengan berbekal uang SPP yang
tidak saya bayarkan tapi malah saya jadikan modal untuk membeli sandal
tersebut,” kenangnya.
Pada waktu itu tahun 2009, sekitar Rp.
700.000,- ia gunakan untuk modal awal. Sandal tersebut ia jual di daerah
Cianjur dan Jambi dengan memanfaatkan jaringan teman. Naasnya, semua sandal
tersebut tidak laku. “Hilanglah sudah uang Rp. 700.000,- ribu modal awal tadi,”
ratap Ade.
Namun bukan entrepreneur jika langsung
patah arang. Ia kembali berpikir bisnis apa yang kira-kira bisa ia jalani
kembali. Pada waktu itu mulai masuk tahun 2010 tercetus ide untuk berjualan
pulsa.
“Pertimbangan modal yang kecil dan
teman-teman yang banyak sekali sehingga saya pikir ini kesempatan bagus,” Ade
menjelaskan. Selanjutnya, ia tidak puas hanya dengan berbisnis
pulsa. Ia mencoba juga peluang menjadi agen buku. Sayang, lagi-lagi ia gagal
karena susah mendapatkan rekan untuk bekerjasama.
“Bisnis pulsa tetap jalan dan saya mulai melirik
bisnis batik dengan menjadi distributor,” terangnya. Namun, lagi-lagi ia gagal
karena kurangnya strategi marketing sehingga tidak ada yang memesan batik lewat
dirinya.
“Sampailah di
pengujung tahun 2010, ada seorang teman dari Bandung yang tergabung di dalam
sebuah lembaga pengembangan diri,” ia mengisahkan. Teman Ade tersebut menjadi
salah satu pengurus sekaligus trainer di lembaga tersebut. “Kami saling kenal
dekat. Pada waktu itu status Facebook saya sangat sering mengupdate kata-kata
bijak dan motivasi sehingga teman melirik saya untuk pengembangan bisnis
lembaga mereka dalam melakukan pelebaran sayap di wilayah Yogyakarta,” ujar
Ade. Panjang lebar dia menjelaskan kepada Ade tentang konsep lembaganya sampai
suatu ketika Ade disepakati untuk mengelola cabang di Yogyakarta.
Inilah cikal bakal
usaha event organizer yang bernama “Ardes Organizer” yang didirikan 7 Desember
2010. Berbekal keberanian ia mengajak calon istrinya Ranggi Ayu Rinaji ikut
ambil bagian dalam membesarkan bisnis ini.
Pada Oktober 2011,
ia dihubungi salah satu guru SMA ia bahwa mereka ingin melakukan perjalanan
wisata ke daerah Yogyakarta sehingga meminta tolong ia untuk mengatur perjalanan
mereka. Sehingga kesempatan itu pun ia ambil, tercetus ia untuk mendirikan
sebuah produk kembali dengan brand “Ardes Tour Djogdja”. Akhirnya ia rutin
untuk melakukan promo untuk memandu para konsumen yang ingin menggunakan jasa
perjalanan wisatanya.
“Kini kami
melayani perjalanan wisata dalam negeri dari beberapa instansi pemerintah,
swasta, kampus, sekolah, masyarakat dan family maupun perorangan,” ucapnya.
Berbagai destinasi wisata seperti Yogyakarta, Bali, Lombok, Jakarta, Bandung
dll ia layani. Paket yang biasa diterima ialah paket perjalanan
Jambi-Jakarta-Bandung-Jogja-Bali (PP), sementara paket lainnya bervariasi
seperti kunjungan kerja kampus atau sekolah ke beberapa perusahaan seperti Sido
Muncul, Sari Roti, Sosro, Kampus ITB, UI, UGM dll. Paket perjalanan yang baru
diluncurkan yaitu paket perjalanan wisata rohani yaitu Ziarah Wali Songo.
Bulan April 2012
ia juga melakukan ekspansi dengan meluncurkan produk baru dengan brand ‘Ardes Laundry’.
Ardes Laundry menangani pencucian dan penyetrikaan baju pelanggan.
“Kami memiliki
servis 2 hari dan kilat 1 hari. Beberapa kelebihan laundry kami adalah tidak
mencampur pakaian pelanggan jadi 1 pelanggan 1 mesin cuci, sehingga kebersihan
setiap pelanggan akan lebih terjamin tanpa harus tercampur dengan pelanggan
lainnya,” papar Ade.
Untuk memuaskan
pelanggan, ia menawarkan 6 varian pewangi agar lebih bervariasi. Proses
pencucian tidak hanya menggunakan mesin tetapi juga cara manual. Menurutnya,
pencucian secara manual dibutuhkan untuk pakaian yang menggunakan kerah dan
yang sangat kotor sekali.
Agar lebih banyak
pelanggan kembali, ia tawarkan pula diskon untuk segala produk Ardes. Harga
yang ditawarkan juga lebih ekonomis. “Hanya Rp 2000/kg dengan kualitas yang
bagus kami berikan. Kami juga mendaur ulang plastik untuk digunakan lagi
sebagai plastik luar dari laundry setelah dibungkus. Hal ini diharapkan dapat
membantu program go green dunia.
Kami melakukannya dari hal terkecil,” ungkapnya menyinggung isu kepedulian
lingkungan.
Ide bisnis ini
muncul ketika ia berpikir bahwa berbisnis bisa dilakukan tanpa modal. Akhirnya
ia melirik bisnis jasa, yaitu tour dan event organizer (EO) yang nyaris ia
kerjakan tanpa modal ketika di awal. Ia hanya butuh keberanian untuk meyakinkan
pihak-pihak yang ia ajak kerjasama. Seperti ketika ia mengadakan workshop. Ia
melakukan lobi dengan pihak hotel sebagai tempat penyelenggarakan worshop untuk
meringankan biaya uang muka atau down payment awal.
Alhasil, ia
berhasil sehingga ia bisa membayar kekurangannya setelah ia mendapatkan
peserta. Down payment sebesar
Rp 400.000 ia pinjam dari teman dan beberapa ratus ribu dari calon ibu
mertuanya.
“Alhamdulillah
event pertama pun menguntungkan waktu itu sekitar Rp 2,3 juta sehingga say
berhasil melakukan bisnis tanpa harus menggunakan modal sendiri. Hasil yang
kami dapatkan terus kami putar untuk melakukan event-event lainnya,” jelas Ade
membuka rahasia tentang cara mendapatkan modal awal usahanya.
Meski sudah
memiliki usaha sendiri, ia selalu berada di outlet bisnisnya. “Bahkan saya
sendiri yang harus mencuci, menyetrika dan mem-packing di outlet laundry ketika
karyawan saya tidak masuk atau ketika pakaian banyak masuk dari para pelanggan.
Begitu juga untuk bisnis tour dan EO-nya, hingga saat ini ia masih terlibat
secara langsung menangani beberapa proyek.
Ketika di luar
bisnis Ade berusaha menyediakan waktu untuk keluarga ia baik dalam kegiatan
berkumpul atau kegiatan lainnya. Kegiatan keseharian ia habiskan untuk kuliah,
membaca dan mengikuti seminar-seminar pengembangan diri serta bergabung dengan
komunitas yang positif yang bisa membantu usahanya berkembang lebih cepat. Saat
tidak harus melakukan aktivitas wirausaha, ia lebih memilih untuk membaca buku,
berpikir ke depan, cerita sukses, dan berolahraga.
Baginya, kunci
sukses itu adalah memiliki keyakinan yang kuat dengan apa yang menjadi impian
serta tujuannya. “Harus berani mengeksekusi ide, bekerja keras, bekerja cerdas,
inovatif, pantang menyerah, tekun, suka berbagi dan memiliki sisi spiritual
yang kuat,” rincinya.
Di antara begitu
banyak tantangan yang harus dihadapi seorang entrepreneur, Ade mengatakan
tantangan terbesarnya justru ialah melawan diri sendiri untuk tetap konsisten
memelihara keyakinan terhadap sukses diri.
Jika keadaan
bisnis tidak seperti yang direncanakan, ia tetap berpegang pada motivasi
awalnya berbisnis, yaitu impian yang kuat dan keluarga yang harus
dibahagiakannya.
“Insha Allah dalam
5 tahun ke depan kami mulai melakukan fokus terhadap produk kami sehingga citra budaya kami
lebih dikenal dan bisa diterima oleh masyarakat serta kami go national di seluruh Indonesia,” jawab Ade
tentang proyeksi bisnisnya di masa mendatang. Sebagai entrepreneur muda,
Ade berpendapat bahwa sekarang dunia entrepreneurship di Indonesia sudah sangat
maju sekali, lebih maju daripada 10 tahun yang lalu. Jika dulu untuk sukses
menjadi seorang entrepreneur itu haruslah yang berumur 40 tahun ke atas. Namun
saat ini sukses menjadi entrepreneur itu bisa didapatkan di bawah usia 30 tahun
bahkan ada yang berusia 19 tahun. Kesempatan untuk berkembang lebih cepat pun
bisa didapatkan dengan kemajuan tekhnologi yang saat ini begitu luar biasa.
Para mentor yang bersedia berbagi pengalaman bahkan menyediakan waktu khusus
untuk berbagi ilmupun begitu banyak. Insya Allah 2030 Indonesia benar-benar
keluar menjadi negara maju dengan pendapatan perkapita yang melebihi
negara-negara di Eropa.
Bagi Anda yang
ingin menjadi entrepreneur namun masih ragu, Ade berpesan,”Beranilah mengubah
sudut pandang. Action mengeksekusi ide bisnis Anda. Sukses pun akan didapat.”
(*Akhlis)
ConversionConversion EmoticonEmoticon